Pandemi Covid-19 mengakibatkan setiap pihak terpaksa berinovasi. Terbatasnya aktivitas yang melibatkan banyak orang membuat beberapa cara interaksi sosial berubah. Salah satu yang terpaksa mengubah cara interaksinya adalah aktivitas ekonomi. Tidak dapat dipungkiri bahwa akibat penyebaran virus corona ini juga sudah dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia, mulai dari pedagang di pasar, para pedagang sayur, buah ataupun ikan, pedagang jajanan di pasar maupun keliling, biasanya mereka mendapatkan pendapatan atau omset dari hasil penjulan, semenjak adanya corona banyak pedagang yang mengeluh akibat kehilangan omset mereka.
Banyak pihak tentu tidak tinggal diam melihat hal tersebut. Salah satunya adalah para inisiator pasarsambilegi.id. Tiga aktor (Paguyuban Pedagang Pasar Sambilegi, Disperindag Kabupaten Sleman, dan Tim dari FISIPOL UGM) berkolaborasi dalam menghasilkan gagasan bersama. Diketahui tidak sulit bagi mereka untuk menginisiasi sebuah gagasan dalam menangani permasalahan berbelanja di pasar tradisional. Hal tersebut karena diantara ketiganya telah saling berjejaring sebelumnya, dan juga memiliki perhatian serta semangat yang sama pada upaya perbaikan dampak COVID-19. Bagi mereka, kebutuhan berkolaborasi memiliki arti dalam penguatan sumber daya bersama. Mereka meyakini, pada perjalanan sebuah program, faktor input yang kuat akan menghasilkan peluang keberhasilan yang lebih tinggi dalam mencapai tujuan (Farransahat et.al., 2020).
Berdasarkan kajian Farransahat et.al (2020) dalam perjalanannya, web-appspasarsambilegi.id telah mampu menghasilkan kebaruan nilai sosial dalam merubah perilaku berbelanja sebagian masyarakat. Konsumen yang berbelanja tersebut mengetahui penggunaan platform ini setelah medapatkan paparan promosi dari tim pengabdian UGM, Paguyuban Pasar Sambilegi dan Disperindag. Selain itu, model bisnis yang dikembangkan juga telah mampu menghasilkan keuntungan finansial. Pada pelaksanaan sebuah program, kedua hal tersebut dapat dikategorikan sebagai pencapaian outcome awal. Namun sayangnya, pengguna yang memanfaatkan sistem daring ini masih sangat tergantung dengan kegiatan promosi. Keuntungan finansial yang didapatkan juga masih terbatas, hanya untuk menutup biaya operasionalnya dan belum dapat meghasilkan penguatan kas kelompok seperti yang diharapkan. Dalam kesepakatan bersama di awal perencanaan, sejatinya kas kelompok ini akan digunakan untuk membiayai pengembangan program dan juga untuk untuk menjalankan kegiatan – kegiatan lain dalam menanggulangi permasalahan COVID-19 yang terjadi di Pasar Sambilegi. Harapan utamanya akan dapat mencapai perubahan sosial yang sistemik (impact), berupa peningkatan volume berbelanja dan penurunan penyebaran COVID-19 di wilayah layanan.
Farransahat et.al (2020) juga berkesimpulan bahwa broses pengembangan pasarsambilegi.id, sebagai inovasi sosial dalam upaya penanggulangan COVID-19, memiliki komponen penyusun yang sama dengan program kewirausahaan sosial. Inovasi sosial ini telah mampu mencapai outcome awal, yaitu penciptaan nilai sosial baru yang berupa pemanfaatan sistem belanja daring bagi sebagian masyarakat, dan hasil pendapatan untuk menutup kegiatan operasional. Namun, untuk bisa mencapai perubahan sistemik yang diharapkan, masih membutuhkan waktu lebih lama, khususnya dalam meningkatkan jumlah pengguna. Maka, agar dapat direplikasikan kepada pasar tradisional lainnya, kegiatan promosi pemanfaatan web-appspasarsambilegi.id perlu digiatkan. Kegiatan ini tidak hanya berupa sosialisasi penggunaan, melainkan juga riset pasar untuk mengetahui segmen pengguna yang paling potensial. Dengan begitu, peningkatkan jumlah pengguna akan dapat meningkatkan volume perdagangan dan mengefisienkan operasional usaha, sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Semoga inovasi pasarsambilegi.id semanis namanya.