Usaha laundry menjadi salah satu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang selalu diminati konsumen apalagi ketika musim penghujan datang. Meningkatnya aktivitas kerja manusia dalam rangka meningkatkan taraf hidup membuat penduduk kekurangan waktu untuk pekerjaan rumah tangga, salah satunya adalah mencuci pakaian. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan jasa pencucian pakaian (laundry) dewasa ini sangat besar. Usaha laundry jenis yang paling sederhana dikenal dengan fasilitas cuci-setrika. Usaha-usaha laundry berdampak cukup positif bagi perekonomian masyarakat. Usaha ini biasanya menjamur di daerah yang banyak terdapat kos-kosan atau rumah kontrakan.
Mejamurnya usaha laundry juga mengakibatkan naiknya penggunaan deterjen. Hal yang paling dikhawatirkan dari naiknya penggunaan deterjen pada laundry adalah jika penggunaannya berlebihan, maka air limbah yang mengandung deterjen tersebut dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan sekitar, karena adanya konsentrasi limbah yang tinggi.
Studi dari Pratiwi, et al. (2012) menunjukkan bahwa limbah laundry sebelum mengalami pengolahan memiliki LC50 antara 8-10%, yang menunjukkan tingkat toksisitas limbah yang tinggi. Selain dampak toksik, limbah laundry dalam jumlah berlebih dapat mencemari badan air dan menyebabkan eutrofikasi, yakni badan air menjadi kaya nutrien terlarut, serta menurunkankan kandungan oksigen terlarut, dan kemampuan daya dukung badan air terhadap biota air (Raissa dan Tangahu, 2017).
Padatnya pemukiman dan kondisi sanitasi lingkungan yang jelek di lingkungan tempat banyak usaha laundry ada serta buangan usaha laundry sendiri yang langsung dibuang ke badan air tanpa proses pengolahan sangat mungkin menyebabkan pencemaran sungai serta badan-badan air yang ada. Untuk itu diperlukan pengelolaan limbah cair dalam usaha laundry. Hal tersebut bertujuan agar dapat meminimalkan limbah yang dibuang ke badan air, serta untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung di dalam perairan.
Salah satu cara untuk mengelola agar limbah cair usaha laundry dapat terhindar dari mencemari lingkungan adalah dengan menerapkan konsep green manufacturing. Konsep tersebut mencoba menerapkan proses produksi yang menggunakan input dengan dampak lingkungan yang relatif rendah, dan menghasilkan sedikit bahkan tidak ada limbah atau polusi. Sistem green manufacturing mengarahkan untuk mendesain sistem manufaktur yang ramah lingkungan dengan cara mengubah pengelolaan bahan baku, penggunaan energi, proses produksi, dan mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.
Selain perlu memperhatikan dampak lingkungan, tentu saja sangat penting bagi usaha laundry untuk meningkatkan penghasilannya. Cara yang dapat ditempuh oleh usaha laundry salah satunya adalah mendiversifikasikan jasa laundrynya. Misalnya menjadi jasa cuci basah, jasa cuci kering, jasa cuci kering dan setrika, jasa setrika, jasa cuci boneka, jasa cuci karpet, dan jasa cuci sepatu. Kemudian perlu juga untuk melakukan kerja sama dengan masyarakat yang memiliki warung sebagai agen penerima cucian. Melakukan promosi dengan cara-cara baru seperti menggunakan media sosial, terutama Instagram dan WhatsApp, juga sangat penting.
Bentuk utama usaha laundry mungkin memang mencuci, tapi usaha tersebut dapat membantu mengurangi limbah industrinya sendiri dan mendatangkan rezeki bagi para pelakunya.
Referensi
Pratiwi, Y., Sunarsih, S., dan Windi, W. F. (2012). Uji Toksisitas Limbah Cair Laundry Sebelum dan Sesudah Diolah dengan Tawas dan Karbon Aktif terhadap Bioindikator (Cyprinuscarpio L). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi (SNAST) Periode III, 3 November 2012, A-298-306. Raissa, D.G. dan Tangahu, B. V. (2017). Fitoremediasi Air yang Tercemar Limbah Laundry dengan Menggunakan Kayu Apu (Pistia Stratiotes). Jurnal Teknik ITS, Vol. 6, No. 2, 232-236.