You are currently viewing Pinihan: Sociopreneurship yang Berkomitmen Mewujudkan Ekosistem Pertanian Rempah Berdaya, Adil, dan Berkelanjutan

Pinihan: Sociopreneurship yang Berkomitmen Mewujudkan Ekosistem Pertanian Rempah Berdaya, Adil, dan Berkelanjutan

Pinihan atau yang saat ini telah menjadi PT Pinihan Agro Indonesia merupakan salah satu bisnis sosial yang didirikan pada tahun 2022. Hingga saat ini, Pinihan telah beranggotakan 9 orang dengan 3 orang Alumni Mahasiswa UGM Angkatan 2016 sebagai pendiri, yaitu Fatahillah Syafiq (Agronomi, Fakultas Pertanian), Eko Ardianto (DPP, Fakultas Ilmu Sosial & Politik), dan Aditya Jatmika (Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya). Berawal dari mengikuti program inkubator yang diinisiasi oleh Creative Hub Fisipol UGM, saat ini Pinihan telah memiliki lebih dari 10 klien, termasuk horeka (hotel, resto, kafe) di D.I. Yogyakarta. Selain itu, dengan tekad meningkatkan nilai ekonomi dan sosial pertanian rempah dan bumbu di Yogyakarta, Pinihan telah bekerja sama dengan lebih dari 5 komunitas petani lokal, baik di area DIY maupun di Jawa Tengah dan sekitarnya.

Dalam proses produksinya, bisnis sosial ini telah melibatkan lebih dari 100 petani binaan dari berbagai kelompok tani, termasuk koperasi petani di Kulon Progo, Magelang, dan Pacitan untuk mengelola rumah produksi olahan rempah, salah satunya yaitu jahe. Jahe tersebut diolah menjadi berbagai produk olahan instan yang berkelanjutan, seperti jahe bubuk, minuman jahe instan, dan masih banyak lagi. Pelibatan petani ke dalam seluruh proses produksi, mulai dari budidaya hingga pasca panen, menjadi bukti bahwa Pinihan sangat berkomitmen dalam mewujudkan ekosistem pertanian rempah yang berdaya, adil, dan berkelanjutan.

Setiap bulannya, Pinihan mampu memproduksi lebih dari 1 ton simplisia, 5 ton bahan baku, dan 100 kg produk jadi. Dibalik kesuksesannya yang mampu meraup omset 10 juta per bulan, usaha ini memiliki tantangan di bidang rantai pasok karena proses budidaya jahe yang memakan waktu minimal 8 bulan dan sedikitnya petani yang menanam jahe. Selain itu, terdapat ketidakseragaman jahe di setiap lokasi yang membuat mereka perlu melakukan formulasi ulang agar mendapatkan kualitas jahe yang seragam. Namun, tantangan tersebut berhasil mereka hadapi dengan melakukan pengembangan simplisia dan melakukan diversifikasi produk. 

Sebagai salah satu bisnis sosial, Pinihan tidak hanya berfokus pada penjualan produk saja, melainkan juga pemberdayaan kepada para petani lokal dan konservasi lingkungan. Hal tersebut diwujudkan dalam tiga bentuk program turunan Pinihan, seperti Agroritma, Rimptara, dan Mratani. Agroritma merupakan platform edukasi yang menyediakan program pembelajaran (kelas) dengan topik yang menarik di bidang agrokompleks. Sedangkan Rimptara merupakan program yang berfokus pada produk olahan dari rempah-rempah. Terakhir, Mratani, yaitu organisasi berbasis proyek sosial yang berfokus pada kegiatan konservasi lahan dan pemanfaatan pertanian kanopi hutan melalui sistem agroforestri. 

Tak hanya berhenti sampai di sini, Pinihan yang berpegang teguh pada nilai  berdaya, adil, dan berkelanjutan akan terus memperluas produksi rempah dengan menambah fasilitas produksi dan memperbarui teknologi, mendiversifikasi produk dengan menawarkan jenis rempah tambahan, serta mengembangkan lini bisnis B2B dan B2C dengan menyediakan bahan baku kepada perusahaan di industri terkait. Adapun strategi yang mereka gunakan untuk terus mengembangkan usahanya, yaitu dengan melalui 4 cara, yakni mentorship, empowerment, partnership, dan sustainability. Mereka percaya bahwa dengan melalui 4 strategi tersebut, mereka tidak hanya menghasilkan keuntungan bisnis saja melainkan juga memberikan masa depan yang lebih cerah dan berdampak bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat.

Leave a Reply