You are currently viewing Storytelling Marketing: Strategi Ampuh untuk Menarik Konsumen dan Memperluas Jejaring bagi Bisnis Sosial

Storytelling Marketing: Strategi Ampuh untuk Menarik Konsumen dan Memperluas Jejaring bagi Bisnis Sosial

Salah satu hal yang perlu dipersiapkan bagi para pelaku usaha, baik usaha konvensional maupun sosial adalah merencanakan strategi marketing yang menarik dan kreatif. Terlebih di era perkembangan teknologi yang sangat pesat ini, banyak pelaku usaha yang berlomba-lomba memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan produk mereka. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat pengguna internet di Indonesia telah mencapai lebih dari 78% pada 2023. Artinya, media sosial memberikan peluang yang sangat besar kepada para pelaku usaha untuk dapat memperkenalkan produk mereka kepada masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan strategi marketing yang matang dan menarik untuk mendapat perhatian dari konsumen yang berpotensial. 

Salah satu strategi marketing yang berhasil menarik perhatian dan simpati konsumen adalah storytelling marketing. Hal tersebut dikarenakan cerita atau story mampu menyentuh hati dan emosi seseorang, serta menggerakan seseorang untuk melakukan suatu tindakan (Wan-Tzu & Shyhnan, 2016). Bagi usaha sosial, strategi ini dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan masalah sosial yang sedang dihadapi. Narasi atau cerita dapat membangun relasi, baik dengan konsumen, relawan, maupun investor sehingga selain dapat menarik perhatian konsumen, cerita juga dapat membangun multistakeholder partnership (Lindawati, 2018). 

Storytelling marketing merupakan bentuk narasi yang dibuat oleh perusahaan dengan menghubungkan jati diri dan filosofi mereka yang dituangkan ke dalam aktivitas dan produk (Salzermorling dan Strannegard, 2004). Storytelling marketing memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh iklan tradisional. Iklan tradisional hanya menampilkan keunggulan produk saja sehingga konsumen mudah mengabaikannya. Sementara itu, iklan storytelling memiliki brand sendiri yang dapat menarik ikatan emosi sehingga cerita yang dibawa menjadi lebih familiar bagi konsumen (Mucundorfeanu, 2018). Iklan narasi atau storytelling memiliki pengaruh yang kuat pada keputusan pembelian konsumen. Keputusan pembelian konsumen terdiri dari tahap pencarian informasi dan evaluasi alternatif. Pada tahap evaluasi alternatif, konsumen akan menentukan keputusan untuk membeli atau tidak (Kotler dan Keller, 2009). Nah, pada tahap tersebutlah, storytelling memiliki peran penting untuk mempertahankan konsumen yang sudah ada maupun menarik konsumen baru yang potensial (Delgadillo dan Esealas 2004). Dalam usaha sosial, storytelling dapat dijadikan sebagai media untuk meraih konsumen dan mengembangkan jejaring. Dengan adanya kekuatan jejaring, maka dampak sosial yang ingin dicapai oleh usaha tersebut akan lebih meluas (Lindawati, 2018).

Ada beberapa strategi storytelling yang selama ini telah banyak digunakan oleh pelaku usaha sosial, baik di dunia maupun Indonesia (Lindawati, 2018). Pertama, data driven storytelling yang menggunakan data sebagai konten cerita. Penyajian data yang kompleks dan penggunaan bahasa yang sederhana diharapkan mampu membangkitkan kesadaran atas sebuah permasalahan. Salah satu bisnis sosial yang menggunakan strategi ini adalah Kitabisa.com. Dalam situsnya,  mereka menyajikan data-data, berupa hasil pengumpulan dana yang sudah terealisasi dan dampaknya pada masyarakat. Hal tersebut berdampak pada munculnya keinginan orang untuk turut menyumbang pada proyek-proyek lainnya.

Strategi Kedua, yaitu philanthropic storytelling. Strategi ini merupakan strategi yang paling banyak dilakukan oleh sociopreneur. Saat ini, konsumen menuntut transparansi dan ingin mengetahui lebih dalam mengenai perusahaan, termasuk cara menjalankan bisnis, memperlakukan pekerja, etika kerja, dan cara mendapatkan bahan bakunya. Hal tersebut selaras dengan meningkatnya kesadaran global mengenai good business yang sangat mudah dipenuhi oleh seorang sociopreneur. Salah satu contoh bisnis sosial yang menggunakan strategi ini adalah Qalpa yang dalam lamannya menekankan bahwa mereka merupakan jembatan konsumen untuk bertemu langsung dengan pengrajin, bukan sebagai penjual yang semata-mata hanya menjual barang pengrajin. Dengan demikian, sharing profit dilakukan dengan lebih adil dan transparan. Selain itu, konsumen juga dapat berinteraksi langsung dengan pengrajin untuk customizing pesanannya. 

Strategi ketiga, yaitu customer-led storytelling dengan menghadirkan cerita sukses dari para user yang juga dilakukan oleh Kitabisa.com, dengan menghadirkan proyek-proyek terdahulu dan cerita-cerita otentik dari para penggunanya. Strategi ini didasarkan pada data yang didapat oleh Lindawati (2018), yakni sebanyak 92% orang akan lebih mempercayai peer dibandingkan dengan iklan konvensional.

Berbeda dengan bisnis konvensional yang hanya berfokus pada perolehan keuntungan,  bisnis sosial harus mampu memanfaatkan ceritanya dengan baik untuk menarik konsumen dan memperluas jejaring. 

Referensi

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. 2023. Survei APJII Pengguna Internet di Indonesia Tembus 215 Juta Orang. https://apjii.or.id/berita/d/survei-apjii-pengguna-internet-di-indonesia-tembus-215-juta-orang. Diakses pada tanggal 6 Oktober 2023.

Delgadillo, Y., dan Escalas, J. E. (2004). Narrative Word-of-Mouth Communication. Advances in Consumer Research.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. (2009). Manajemen Pemasaran edisi 13 jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Lindawati, L. (2018). “ Kekuatan Cerita Pada Bisnis Sosial”. Jurnal Studi Pemuda, Vol 7, No. 2, DOI: 10.22146/studipemudaugm.39643.

Mucundorfeanu, M. (2018). The Key Role of Storytelling in the Branding Process. Journal Media Research, Vol. 11, No. 1,  DOI:10.24193/jmr.30.3.

Salzer-Morling, M. & Strannegard, L. (2004). Silence of the Brands. European Journal of Marketing, DOI:10.1108/03090560410511203.

Wan-Tzu, L & Shyhnan, L. (2016). “How social enterprise attract public awareness using

storytelling,” Proceedings of International Academic Conferences 3505862,

International Institute of Social and Economic Sciences.”. Jurnal Economia, Vol. 2, No. 1, DOI:10.20472/IAC.2016.022.034.

Leave a Reply