Walaupun ada berita-berita di mana Venture Capital (VC) luar negeri banyak berinvestasi pada startup Indonesia di masa pandemi, tidak bisa dipungkiri kondisi ini juga telah memberi dampak negatif. Beberapanya termasuk berhentinya Airy Rooms, Stoqo Teknologi Indonesia, dan penutupan ritel Fore Coffee. Ada beberapa tren penyiasatan: memangkas biaya pemasaran, membatalkan kemitraan, merumahkan karyawan, menunda pembayaran, pemotongan gaji, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Strategi-strategi tersebut banyak digunakan oleh startup yang sudah berskala menengah ke atas untuk menghemat biaya operasional yang besar. Walaupun ini dapat menjadi alternatif yang bisa diterapkan startup kecil, namun jangan lupakan juga bahwa keputusan-keputusan tersebut berdampak negatif pada keberlangsungan ekonomi karyawan, terutama PHK. Khusus untuk startup yang kecil, memangkas biaya pemasaran juga tidak disarankan karena dari pemasaran ini yang paling bisa dimanfaatkan pada saat pandemi. Selain itu, salah satu faktor pendorong revenue stream yang kuat adalah dari pemasaran.
CHUB ingin mendorong startup-startup agar berdampak positif dan memperkuat pemberdayaan masyarakat. Perlu adanya strategi-strategi khusus untuk para startup yang benar-benar sedang merintis sekaligus memperhatikan dampak sosial. Walaupun terlihat sulit, startup-startup berskala kecil dapat menyiasati kondisi dengan banyaknya teman yang online. Walaupun ada strategi-strategi pemasaran yang efektif dan berbayar seperti pemanfaatan PPC dan SEM atau endorsement, artikel ini akan fokus pada strategi yang tidak memerlukan biaya agar lebih ramah untuk startup-startup kecil, enam cara pemasaran online, dan kesenjangan digital yang harus kita perhatikan.
Meningkatkan engagement rate yang paling efektif dan mudah adalah fokus pada konten. Konten-konten berpotensi viral adalah konten yang bermanfaat, topik yang hangat, topik yang mencemaskan namun (hati-hati karena berpotensi fear-mongering atau menjual ketakutan), konten hiburan, dan konten hobi. Selain itu, perbedaan tingkah laku masyarakat saat ini adalah (1) meningkatnya orang yang menghabiskan waktu online karena work from home (2) meningkatnya kesadaran sosial masyarakat pada dampak pandemi terhadap bagian masyarakat yang kurang beruntung, (3) meningkatnya kegiatan-kegiatan cyber yang rawan diretas, dan (4) bertambahnya kegiatan mencari hiburan seperti menonton film atau serial-serial. Semua hal tersebut dapat disiasati agar membantu startup kita dengan cara:
1. Membuat konten interaktif
Kondisi pandemi banyak mendorong pelaku dari berbagai sektor melakukan aktivasi online seperti diskusi di Instagram Live atau di Zoom, webinar, dan lain-lain. Kunci di sini adalah mengenal platform beserta fitur-fiturnya dan format apa saja yang paling sering digunakan pasar kita. Konten interaktif dapat mendekatkan kita dengan pasar agar saling mengenal. Dengan semakin mengenal pasar, kita semakin bisa memenuhi permintaannya. Misalnya, kita bisa memanfaatkan fitur-fitur quiz dan polling di Instagram atau Twitter.
Beberapa tools yang dapat dipakai:
1. OBS Project adalah program streaming dan rekaman yang dapat menyiarkan satu acara di beberapa platform sekaligus seperti YouTube, Facebook, Instagram, dan Twitch.
2. Jitsi (open-source) menjadi platform alternatif yang menarik di tengah-tengah kabar Zoom yang melanggar keamanan privasi. Browser-friendly dan tidak perlu daftar untuk menggunakannya.
3. Canva untuk membuat Instagram story yang dapat diisi dan di-repost seperti quiz atau bingo.
2. Menyebarkan konten bermanfaat yang berhubungan dengan corona atau COVID-19
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah walaupun konten ini bermanfaat, hati-hati dengan membuat konten yang membuat cemas berlebihan atau yang menakut-nakuti masyarakat. Semua yang diunggah harus berdasarkan fakta atau laporan yang bisa diusut kebenarannya.
Semua orang ingin menghindari terkena virus tersebut, maka informasi pencegahan atau penganganan corona akan mudah beredar. Nah, tantangan penulis konten adalah menghubungkan startupnya agar relevan dengan konten pandemi. Salah satu tools yang dapat dipakai adalah Google Trends. Pilih sebuah keyword, misalnya “corona”. Pilih “Indonesia” di bagian Country dan lihat di bagian Related Queries. Di sini akan memberikan beberapa usul untuk konten. Google secara khusus menyediakan Coronavirus Search Trends, namun belum lengkap untuk negara Indonesia.
3. Memanfaatkan konten hiburan
Berapa dari temanmu yang menjadi kritikus drama korea saat pandemi ini? Fenomena ini dapat dimanfaatkan untuk konten. Misalnya, cari film yang berhubungan dengan produk atau nilai-nilai perusahaanmu dan buatlah list film atau review. Kurasi atau membuat list film akan diapresiasi oleh audiens karena menghemat waktu mereka dalam mencari hiburan selanjutnya. Selain itu, karena sekarang audiens sudah malas membaca tulisan, orang beralih ke aplikasi video seperti TikTok. Sebagai contoh, kita bisa membuat video rekomendasi film seperti ini. Selain itu, kita juga bisa membuat meme yang menghibur atau informatif yang berhubungan dengan startup kita. Namun harus balik lagi ke jenis pasar kita kira-kira akan menikmati hal seperti itu atau tidak. Format-format yang dihasilkan bisa berbentuk thread di Twitter, di bagian story Instagram, atau video di TikTok.
4. Membuat konten hobi
Banyak yang mencoba hobi-hobi baru pada masa pandemi ini termasuk bercocok tanam, masak, melukis, olahraga, dan lain-lain. Selain itu, banyak yang menghabiskan waktu bersama keluarga, jadi bisa memberi konten seperti rekomendasi board games atau aktivitas yang bisa dilakukan secara ramai. Apabila ada yang relevan dengan startup kita, hal ini bisa sangat dimanfaatkan untuk konten. Dengan berjalannya pandemi juga banyak orang yang mulai melakukan challenge-challenge online. Mungkin startup bisa antara membuat challenge atau mengikuti challenge yang sudah ada dan berinteraksi dengan pelaku challenge lain. Contohnya seperti #chloetingchallenge yang merupakan tantangan olahraga. Karena luasnya konten hobi, kita bisa memanfaatkan alat-alat analitika seperti Analisa.io (Instagram & TikTok) atau Keyword Tool (Google, YouTube, Instagram, & Twitter).
5. Menyebarkan informasi bermanfaat mengenai cyber security atau penggunaan teknologi
Dengan banyaknya orang yang memakai beberapa aplikasi online, maka ilmu keamanan cyber menjadi penting. Sudah ada beberapa kasus peretasan akun pada masa pandemi ini. Bantulah pelanggan-pelangganmu untuk menjaga keamanannya dengan membuat konten tentang tata cara menjaga privasi atau password. Kita bisa menyesuaikan konten menurut kemampuan teknologi pasar kita. Misalnya, dengan ikut berkampanye tentang multi-factor authentication atau merubah password secara rutin.
6. Menyebar informasi atau ikut bekerjasama dengan gerakan-gerakan sosial
Sebagai startup yang sadar sosial, kadang kita harus berulang-ulang bertanya konsekuensi dari setiap keputusan kita. Misalnya, dengan mengunggah sesuatu di media sosial, apakah kita akan merebut perhatian yang seharusnya dialihkan ke orang-orang yang kurang beruntung? Pandemi ini menggerakkan berbagai anggota masyarakat untuk saling membantu, gotong royong, dan mengesampingkan kepentingannya sebentar demi saling membantu. Apabila memang ingin ikut membantu secara online, startup kita dapat memanfaatkan platform untuk menyebarkan informasi bantuan atau donasi. Selain itu juga bisa bekerjasama dengan gerakan-gerakan tersebut, seperti menyisihkan sebagian profit untuk didonasikan atau membangun kemitraan-kemitraan dengan orang yang pemasukannya berkurang karena pandemi ini. Dengan ini, kita dapat membantu masyarakat secara sosial sekaligus memperkenalkan startup kita kepada pasar. Namun hati-hati karena kegiatan ini dapat dianggap memanfaatkan suasana untuk kepentingan sendiri. Sebaiknya sangat berhati-hati dengan niat dan model kerjasamanya karena harus siap apabila tidak mendapatkan pemasukan finansial sama sekali dan siap transparansi.
Kesenjangan Digital
Selain itu, ada hal penting terakhir yang harus diperhatikan: digital divide atau kesenjangan digital. Kesenjangan digital terjadi di mana tidak semua orang mempunyai akses, kemampuan, peluang, dan ilmu yang sama dengan teknologi modern. Cara mengatasi tersebut adalah menjadi inklusif. Inklusifitas adalah usaha di mana semua orang dengan berbagai latar belakang dan kemampuan mereka dapat mengakses konten Anda. Misal, apabila ingin mengadakan diskusi di Instagram Live, jangan lupa untuk mengarsipkannya dalam bentuk video, gambar, dan teks. Hal ini dapat menyampaikan konten ke audiens yang lebih luas, seperti yang tidak bisa mengikuti IG Live karena waktu kurang pas, karena tidak mempunyai pulsa untuk mengikuti IG Live, atau ada yang bahkan tidak mempunyai akun Instagram sama sekali (bisa mengirimkan hasil diskusi IG Live melalui newsletter atau pesan dalam aplikasi messenger). Selain itu, dapat juga membuat audio atau caption untuk teman-teman yang tunanetra atau tunarungu. Dengan ini, kita dapat memaksimalkan paparan konten kita tanpa mengecualikan sebagian masyarakat.
Jadi, memang banyak ujian yang harus dilalui sebuah startup ketika masa-masa pandemi ini, terutama untuk startup yang masih kecil. Karena biaya operasional belum besar, ini adalah kesempatan yang tepat agar fokus pada pemasaran online. Ada enam cara dalam pemasaran ini, termasuk membuat konten interaktif, menulis konten hiburan, informasi-informasi tentang hobi, memberi konten tentang keamanan cyber, dan ikut membantu gerakan-gerakan sosial. Dalam menjalankan semua cara pemasaran itu, jangan lupa untuk memperhatikan unsur kesenjangan digital agar tetap inklusif agar tidak mengecualikan siapapun. Selamat berdaring!
*Photo by Mario Gogh on Unsplash