You are currently viewing Ringkasan Dunia Peternakan Indonesia Selama Beberapa Tahun Terakhir

Ringkasan Dunia Peternakan Indonesia Selama Beberapa Tahun Terakhir

Dunia peternakan di Indonesia mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Meringkas catatan Kementerian Pertanian selama 2015-2018, perkembangan populasi dan produksi, investasi, sektor peternakan sebenarnya cukup baik. Terlihat, jumlah tenaga kerja dan peningkatan produksi yang mendongkrak PDB dari sub sektor peternakan, daya beli peternak dan ekspor peternakan terus meningkat.

Sektor peternakan masih berperan penting bagi proses pembangunan, terutama di daerah pedesaan. Dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kontribusi sektor peternakan sebesar 1,57% terhadap PDB Nasional Tahun 2017. Peningkatan produksi mendongkrak PDB  sektor peternakan 2017 sebesar Rp. 148,5 Triliun naik Rp. 23,2 Triliun dari 2013 sebesar Rp. 125,3Triliun.

Dilihat dari sisi investasi, baik dalam negeri maupun asing terlihat mengalami kenaikan. Investasi PMDN peternakan pada tahun 2017 sebesar Rp842,9 Miliar naik 80,9% dibanding tahun 2016 yang hanya sebesar Rp466,0 Miliar. Investasi PMA peternakan tahun 2017 sebesar  USD 159,7 juta naik 226,6% dibanding tahun 2016 yang hanya sebesar USD48,9 Juta. Periode 2015-2018 sampai dengan triwulan II, komoditas unggas merupakan komoditas paling menarik investor baik PMA maupun PMDN. Realisasi investasi PMA selama periode tersebut untuk komoditas unggas sebesar 82,14%, dan PMDN sebesar 86,78%.

Pada tahun 2018 s.d triwulan II investasi PMA sub sektor peternakan  mencapai US$ 54,3 ribu dan PMDN Rp. 405,1 juta. Sama seperti dengan tahun-tahun sebelumnya peningkatan investasi PMDN di sub sektor peternakan 2018, masih didominasi oleh komoditas unggas, yaitu sebesar 85,1% dan komoditas sapi 14,9%. Sedangkan untuk investasi PMA kontribusi komoditas unggas sebesar 46,9%, komoditas sapi 50,1%, komoditas lain serta jasa peternakan lainnya 3,0%.

Sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kerja data dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Agustus 2017 menunjukan bahwa terdapat sekitar 3,84 juta tenaga kerja yang bekerja di subsektor peternakan. Sub sektor peternakan berkontribusi menyerap 11,51% tenaga kerja sektor pertanian. Sementara terhadap total tenaga kerja nasional, sub sektor peternakan berkontribusi sebesar 3,17%. Jumlah tenaga kerja sektor peternakan tahun 2018: 4,83 Juta orang Naik 27,3% dari tahun 2015.

Meskipun secara umum perkembangan sektor peternakan di Indonesia cukup baik tapi bukan berarti tidak ada masalah yang terjadi pada sektor ini. Tahun 2019 kemarin misalnya, muncul polemik harga ayam potong. Pada waktu itu harga ayam hidup di tingkat peternak (farmgate) hanya Rp 7.000/kg dan merupakan titik terendah. Padahal, harga pokok produksi (HPP) peternak ada di kisaran Rp 18.500/kg. Biaya tersebut sudah termasuk pembelian bibit ayam umur sehari (Day Old Chicks atau DOC), pakan, hingga biaya lainnya. Dari harga dasar saja sudah terlihat bahwa peternak kecil dalam kondisi yang sama sekali tidak diuntungkan.

Salah satu penyebab harga anjlok di tingkat peternak adalah kelebihan pasokan (over supply). Masalahnya, pasokan ayam, baik DOC maupun yang siap potong (end stock) semestinya terus diawasi oleh pemerintah. Saat kejadian kelebihan pasokan sudah berdampak langsung pada harga produsen, artinya fungsi pengawasan usaha dari pemerintah menjadi dipertanyakan. Selain itu, untuk lebih memaksimalkan sektor peternakan, masalah kesehatan hewan ternak perlu lebih diperhatikan. Hal tersebut dikarenakan  masalah kesehatan hewan dan keamanan produk hewan menjadi isu penting dalam perdagangan internasional dan seringkali menjadi hambatan dalam menembus pasar global. Untuk memanfaatkan peluang ekspor, perlu adanya dukungan dari seluruh stakeholder terkait, terutama dalam penerapan standar-standar internasional mulai dari hulu ke hilir untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing.

Sumber gambar: travel.tribunnews.com

Leave a Reply