Sampai saat ini tidak ada dan hampir mustahil akan ada start-up yang berkembang tanpa adanya suntukan dana dari investor. Salah satu jenis investor yang paling diminati oleh para founder start-up adalah Angel Investor. Investor jenis ini secara sederhana dipahami sebagai pebisnis sukses yang menginvestasikan dana pribadi mereka sendiri kedalam bisnis yang berpotensi menguntungkan. Istilah “Angel” awalnya berasal dari Teater Broadway yang digunakan untuk menyebut individu kaya-raya yang memberikan dana untuk produksi teater yang hampir tutup. Pada tahun 1978, William Wetzel, seorang profesor dari University of New Hampshire dan pendiri dari Center of Venture Research menyelesaikan studi perintis tentang bagaimana enterpreneur mengajukan modal dana di Amerika Serikat dan mulai menggunakan istilah “Angel” untuk mendeskripsikan para investor yang mendukung mereka.
Paul Graham, seorang investor bisnis berbasis teknologi pendiri Y Combinator, menuliskan bahwa peranan Angel Investor begitu pentingnya dalam jagad Sillicon Valley. Hal ini dikarenakan perlunya memiliki kemampuan untuk memprediksi potensi suatu startup. Ketika start-up sudah mulai menghasilkan prestasi, mulailah para Venture Capitalist berdatangan. Kebanyakan perusahaan yang diinvestasikan oleh Venture Capitalist tidak akan ada bila bukan karena peranan Angel Investor. Berbeda dengan Venture Capital yang memang butuh publisitas agar dapat menarik perhatian investor – yang merupakan prospek mereka, Angel Investor menggunakan uang pribadi mereka sendiri sehingga mereka tidak suka dengan publisitas.
Keterlibatan Angel Investor dalam bisnis dapat beragam, mulai pasif sampai aktif. Mereka ikut serta mengelola bisnis sampai rinci juga memberikan kontribusi positif terhadap penciptaan bisnis yang baru. Sebagai contoh, perusahaan The Body Shop pertama kali berdiri dengan bantuan seorang Angel Investor yang menanamkan uangnya sebesar 4000 Poundsterling. Sekarang nilai perusahaan mencapai 140 juta Poundsterling. Di Amerika Serikat, pada tahun 2007 (lebih dari 12 tahun yang lalu) rata-rata dana yang ditanamkan di satu perusahaan oleh para Angel Investor adalah 450 ribu USD. Jenis usaha yang menjadi pilihan adalah Software 27%, Healthcare Service & Medical Device 19%, Biotech 12% dan sisanya terbagi rata di industri lain.
Sebelum menanamkan dananya Angel Investor biasanya memperhatikan beberapa hal berikut:
- Kelangsungan hidup perusahaan Anda, integritas dan jangkauannya, yang menjadi fondasi para pendiri untuk menumbuhkannya.
- Peluang apa yang dapat Anda maksimalkan dan bagaimana peluang perusahaan untuk melakukan bisnis di masa depan.
- Rencana bisnis yang disusun dengan hati-hati, dengan strategi yang telah dilakukan dengan baik di masa lalu, dan mungkin juga terbukti berbuah di masa depan.
- Saat ini, Angel Investor lebih suka berinvestasi pada perusahaan yang ramah teknologi (tech-savvy), karena bisnis semacam itu dapat berkembang dengan baik di era sekarang.
- Statistik tentang apa yang telah dicapai sejauh ini dan apa yang diharapkan dari bisnis semacam itu di kemudian hari.
Saat ini, Angel Investor rata-rata mau menyuntikan dananya ke start-up yang potensial antara $ 5000 (Rp66.650.000,-) sampai $ 100.000 (Rp1.332.800.000,-) atau lebih. Di Indonesia sendiri nvestor malaikat masih belum banyak terdengar dibandingkan modal ventura ataupun pendanaan dari lembaga keuangan resmi. Para Angel Investor di Indonesia mulai dikumpulkan dalam sebuah program yang bernama Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) yang dirancang oleh organisasi non-pemerintah Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI).Melalui program ANGIN, wirausahawan yang terpilih bisa mendapatkan pendanaan sebesar Rp. 500 juta hingga Rp. 1,5 miliar. Selain ANGIN, jaringan investor malaikat lain yang ada di Indonesia adalah Angel eQ pada tahun 2015 yang berfokus kepada perusahaan rintisan teknologi dan Clubde Angel, komunitas malaikat asal Hongkong yang dibuka pada tahun 2011 di Surabaya. Mendapat suntikan dana dari Angel Investor adalah impian dari setiap pendiri start-up tapi tentu saja ada beberapa hal yang harus mereka perhatikan seperti promosi penjualan yang ringkas dan persuasif, ringkasan mengenai bisnis mereka, prototipe kerja (jika apa yang mereka kembangkan adalah sebuah produk), dan gagasan tentang pelanggan yang telah mereka capai sejauh ini. Dengan usaha keras, strategi dan taktik yang cerdas, serta sedikit keberuntungan, bukan tidak mungkin para pendiri start-up yang saat ini sedang kesusahan untuk bertahan akan menemukan seorang “ kaya dan baik hati” yang menganggap bisnis mereka sebagai hal yang paling menarik di muka Bumi ini.